Amal dan Ikhlas adalah dua kata yang makna dan tujuannya saling berkaitan. Ada amal ada ikhlas. Amal tanpa keikhlasan maka amal itu akan menjadi sia-sia, demikian juga sebaliknya ikhlas tanpa ‘amal maka itu sesuatu yang bohong. Karena itu tidak akan mungkin ada keikhlasan tanpa ada amal perbuatan. Maka agar amal itu bisa syah minimal ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu : 1. Di dasari niat 2. Karena Allah. Tanpa keduanya maka amal itu tidak syah dan tidak diterima. Amal yang diniatkan tapi tidak karena Allah maka tidak diterima, dan amal yang dilakukan itu tidak syah apabila tidak didasari dengan niat .
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Umar bin Khottob RA Rosulullah SAW bersabda :
“ INNAMAL A’MAALU BINNIYYAATI, WAINNAMAA LIKULLIMRIIN MAA NAWAA, FAMAN KAANAT HIJROTUHUU ILALLAHI WAROSUULIHII FAHIJROTUHUU ILALLAHI WAROSUULIHII, WAMAN KAANAT HIJROTUHUU ILAA DUNYA YUSHIIBUHAA AWIMROATIN YANKIHUHAA FAHIJROTUHUU ILAA MAA HAAJARO ILAIHI” (HR. BUKHORI DAN MUSLIM)
Artinya : Sesungguhnya syahnya amal itu harus disertai niat dan sesungguhnya perkara itu tergantung apa yang diniatkan, maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan rosulnya maka hijrahnya kembali kepada Allah dan Rosulnya, barang siapa yang hijrahnya kepada dunia yang menjadi bagiannya atau wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya kepada apa yang dihijrahinya. (HR. Bukhori dan Muslim)
1. Syarat yang mendasari niat adalah dari perkataan hadits diatas (INNAMAL A’MAALU BINNIYYAAT)
Maksudnya adalah bahwa semua ‘amal ibadah badaniyah itu bisa syah apabila disertai niat seperti : wudhu, sholat, haji dll. Semua itu harus didasari dengan niat. Tanpa niat maka perbuatan yang kita lakukan tidak syah. Lalu apa itu niat?Niat menurut bahasa adalah Al-Qoshdu artinya : menyengaja. Adapun menurut istilah Niat adalah (QOSHDUSY SYAIIN MUQTARINAN BIFI’LIHII) artinya : menyengaja sesuatu berbarengan dengan pekerjaannya. Salah satu syarat syahnya sholat adalah niat. Kapan waktu niat itu? Yaitu ketika takbirotul ihrom, karena sholat adalah pekerjaannya yang dimulai dari takbirotul ihrom maka ketika itu pula kita harus memabarengi dengan niat. Dan niat itu tempatnya didalam hati. Adapaun mengucapkan lafazh niat adalah Sunnah. Sunnah adalah diucapkan dapat pahala tidak diucapkan tidak apa-apa, dan ketika niat hendaknya digetarkan dalam hati kita agar apa yang kita niatkan sampai tepat sasaran pada apa yang diucapkan dalam niat tersebut. Berbeda dengan azam, sering kali orang salah pengertian antara Azam dan Niat. Azam adalah membulatkan tekad ketika mau melaksanakan suatu pekerjaan. Contoh kalau kita mau sholat tahajjud kita bertekad saya nanti malam mau tahajjud misalkan, nah tekad atau keinginan kita mau tahajjud itu disebut Azam. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Ali Imran :
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka berTAWAKKALlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berTAWAKKAL kepada-Nya. (QS. 3:159)
Perkataan hadits (WAINNAMAA LIKULLIM RIIN MAA NAWAA)
Bahwa sesungguhnya bagi setiap perkara tergantung apa yang diniatkan dan apa yang dituju. Misalkan makan atau minum asal hukumnya adalah boleh (mubah). Dalam qoidah usul fiqh dikatakan bahwa Al-Ashlu fil Asyyaa Al-Ibaahah artinya asal mula didalam perkara-perkara itu mubah. Mubah adalah dikerjakan boleh ditinggalkan tidak apa-apa, akan tetapi mubah itu tergantung bagaimana niatnya. Makan kalau diniatkan agar semangat dalam sholat maka akan bernilai menjadi ibadah.
2. Syarat yang mendasari karena Allah adalah perkataan hadits(FAMAN KAANAT HIJROTUHU)
Bahwa mengikuti hijrah nabi dari Makkah ke Madinah itu pahalanya sangat besar, apabila niatnya benar dan tujuannya karena ridho Allah dan rosulnya, akan tetapi kalau tujuannya hanya mencari keuntungan dunia atau hanya karena ingin mengikuti wanita yang dicintainya maka yang didapat sesuai apa yang menjadi tujuannya.
IKHLAS
Didalam beramal kita dianjurkan untuk selalu ikhlas karena ikhlas sangatlah menentukan akan diterima atau tidaknya ibadah kita, tanpa keikhlasan maka apa yang kita lakukan akan menjadi sia-sia dan tidak ada nilainya disisi Allah SWT.Allah SWT berfirman dalam QS. Albayyinah :
Artinya : Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. 98:5)
Apa itu Ikhlas? Para ulama menyampaikan pendapatnya dalam kitab Al-Adzkar bahwasannya ada beberapa pendapat yang saya kutip adalah sebagai berikut :
Menurut Hudzaifah Al-Mar’asi Ikhlas adalah : (AN TASTAWIYA AF’AALUL ’ABDI FIZH-ZHOOHIRI WAL-BAATHINI) Artinya : ”Apabila perlakuan seorang hamba sama di dalam zhohir dan bathinnya”.
Menurut Fudhail bin ’Iyadh Ikhlas adalah adalah : (TARKUL ’AMALI LIAJLIN NAASI RIYAA-UN, WAL-’AMALU LIAJLIN NAASI SYIRKUN, WAL-IKHLAASHU AN YU’AAFIYAKALLAHU MINHUMAA)
Artinya : Bahwa meninggalkan amal karena manusia itu riya, dan beramal karena manusia itu syirik (bersekutu), sedangkan Ikhlas adalah apabila Allah menyelamatkanmu dari keduanya (Riya dan Syirik).
Menurut Abi ’Ali Addaqoq berkata Ikhlas adalah : (ATTAWAQQIYYU ’AN MULAAHAZHOTIL KHOLQI) Artinya : Menjauhi dari pengintaian makhluq
Dzin Nun Al-Mishri berkata dalam Al-Adzkar beliau menyampaikan bahwasannya alamat atau tanda-tanda ikhlas itu ada tiga hal :
1. Kalau dipuji dan dihina oleh orang maka dia sama (biasa-biasa saja)
Artinya orang yang ikhlas tandanya kalau dia dipuji maka dia tidak merasa bangga atau bahkan besar kepala dan sebaliknya ketika dihina diatidak merasa sakit hati atau bahkan menjadi marah tidak sama sekali, dia biasa-biasa saja.
2. Kalau beramal tidak pernah dingat-ingat
Maksudnya orang yang ikhlas kalau dia berbuat kebajikan maka dia lupa dan tidak pernah mengungkit atau mengingat kembali apa yang telah dilakukan. Misal itu mesjid kalau bukan saya tidak mungkin berdiri dengan perkataan begitu maka sia-sialah amal ibadahnya.
3. Mencari pahala amal di akhirat
Orang yang ikhlas itu orientasinya akhirat karena dia yakin bahwa pahala dunia itu pasti akan didapat, maka yang dicari adalah pahala akhirat.
Kesimpulanya bahwa ikhlas menurut pendapat di atas adalah apabila kita melakukan suatu perbuatan ada makhluq atau tidak ada, zhohir dan bathinnya sama saja, ada orang atau tidak ada orang biasa saja, ada yang mengawasi atau tidak maka tidak gelisah, tidak merasa salah tingkah ,tidak merasa diintai ataupun yang lainnya dan ikhlas adalah sirna dari pandangan manusia dalam penyaksian Allah SWT.
Ikhlas itu membutuhkan latihan, semoga dengan ikhlas (memurnikan) niat karena Allah maka amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT dan amal yang ikhlas itu akan menjadi penerang dan teman bagi kita ketika didalam kubur nanti, aamiin ya robbal ’alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar